24 November 2016

Turing 2016 (Dieng Plateau) bagian 14

Saat menjelang Maghrib saya mendadak mendapat telepon dari rumah sakit yang mengabarkan bahwa orang tua saya akan melakukan operasi dan oleh pihak sana diberitahukan bahwa seluruh keluarga diharuskan berkumpul, mengingat keberhasilannya sangat kecil sekali berhubung orang tua saya sudah sepuh. Walach jadi bingung saya disatu sisi saya posisi di Dieng bersama Bapukers yang sedang melaksanakan Famgath namun sisi lain orang tua saya sangat membutuhkan kehadiran saya, Yo wess langsung saya kumpulkan para Bapukers semuanya bahwa saya hari ini harus pulang segera mengingat orang tua saya sangat memerlukan saya, Alhamdulillah mereka semua pada mengerti dan mereka menawarkan jasa untuk memandu saya agar saya bisa sampai di Jakarta lebih cepat.

Berkat bantuan Suhu Turing Bapukers saya melewati daerah yang memang asing buat saya beliau dengan sabar menuntun saya melewati jalur yang benar-benar gelap dan melewati hutan, pengalaman yang benar-benar tidak terlupakan, setiap saya salah ambil jalur di persimpangan beliau akan memberitahukan saya jalan yang benar. Dan pada akhirnya beliau melepas saya di Pekalongan, terima kasih Suhu Turing. 

Jalur yang saya ambil tentunya menuju Jalur Pantura, jalur ini begitu ramainya dengan banyaknya truk dan bus besar yang selalu melintas disana, jadi berhati-hatilah bila melalui jalur ini, sampai di daerah Cirebon saya hentikan laju motor dan coba berhenti di sebuah SPBU berhubung saat itu saya sudah mulai merasakan kantuk, masuklah ke dalam toiletnya untuk sekedar membasahi wajah ini guna mengusir rasa kantuk.

Tidak beberapa lama ada bikers yang mendatangi saya beliau adalah pengguna motor Yamaha Byson dan dengan akrabnya menyapa saya.

Bikers : "Habis dari mana bro ?"
Me : "Pulang turing bro".
Bikers : " Turing kemana ?".
Me : "Dieng" 
Bikers : " Wihh jauh juga turingnya, kawan-kawan yang lainnya kemana ? " 
Me : " oooo... mereka masih di Dieng bro, saya pulang sendiri."
Bikers : " Berani banget pulang sendiri " 
Me : Ha...ha...ha.... kemarin saya juga ke Dieng sendirian
Bikers : " Rencana mau pulang kemana ? "
Me : "Jakarta"
Bikers : " Sekedar informasi kalau mau ke Jakarta saat melintas di daerah Indramayu harus hati-hati saran saya sebaiknya lewat Bandung. Karena daerah sana banyak kejadian begal motor."
Me : " ooo gitu toch, terima kasih bro informasinya. "
Bikers : " Jadi sekarang mau lewat mana Indramayu atau Bandung "
Me : Mungkin Indramayu bro.
Bikers : "Mengernyitkan kening (bingung mendengar omongan saya), ya sudah kalau begitu hati-hati bro, apa gak sebaiknya disini dulu sambil menunggu pagi, kita sambil ngopi-ngopi disini."
Me : Gak bro terima kasih, sebab saya sedang mengejar waktu.
Bikers : "ok bro hati-hati di jalan."

Saat saya melintasi persimpangan antara Bandung & Indramayu saya mengambil jalan ke arah Indramayu, sebab kalau saya perhatikan bila melewati Bandung bakalan lebih lama jarak tempuhnya. Namun gak ada salahnya tanya melalui WA Grup Bapukers.





Dapat informasi dari Suhu Igo yang berdomisili di Bandung, bahwa kalau Bandung agak rawan khusus di kotanya, walaupun informasi ini sedikit namun saya tetapkan hati saja melewati Indramayu, karena sesuai dengan planning pertama dalam hati bergumam " Peduli amat sama begal motor, pokoknya harus sampai secepatnya, karena niat yang baik pasti akan selalu mendapatkan perlindungan dari Allah SWT ".

Perjalananpun dilanjutkan tentunya dengan kecepatan yang tinggi namun tetap memperhatikan kondisi sekitar, entah kenapa ini motor jadi berasa kencang saja saat melewati motor lain atau mungkin motor lain memang jalan santai ha....ha......ha...., namun dalam hati hanya 1 tujuan segera sampai ditujuan. Sebenarnya riding di malam hari itu lebih enak mengingat suasananya cenderung sepi namun hawa kantuk yang mulai menyerang membuat saya tidak melanjutkan perjalanan. Akhirnya saya berhenti di penginapan daerah Patrol Indramayu untuk beristirahat disana (lokasi titik koordinat). 

Pagi harinya saya kembali melanjutkan perjalanan dimana suasana masih cenderung sepi dan udara sekitar masih terasa segar, Setibanya di bekasi saya coba mampir ke Sate Solo guna mengisi perut yang kosong, rupanya saya adalah pelanggan pertama yang datang ke rumah makan itu di pagi hari, tampak terlihat arang yang baru dimasukkan ke dalam tungku, rasa Sate Kambingnya lumayan menggugah selera dan dapat mengusir rasa lapar dalam perut ini.


Sekitar jam 13.00 akhirnya saya tiba di Jakarta, Alhamdulillah perjalanan pulang maupun pergi tidak berkurang suatu apapun Zero Accident, Untuk lebih lengkapnya blog ini saya coba buat versi video youtubenya dimana video ini diambil dari capture para Bapukers, semoga hal ini dapat menjadi kenang-kenangan yang tidak pernah terlupakan oleh para Bapukers.


Terima kasih sebelumnya kepada para Bapukers yang sudah berpartisipasi untuk mengikuti kegiatan ini dan sudah memberikan Spirit maupun materiil sehingga dapat terlaksananya kegiatan ini dengan baik dan Semoga jalinan persahabatan yang selama ini terjalin tidak mudah pupus oleh jaman.



Turing 2016 (Dieng Plateau) bagian 13

Penampakan motor para Bapukers yang hadir


Para Suhu Bapukers yang sedang santai di ruang tamu

Foto menggunakan Kamera SLR by. Suhu Toki Pintu

Foto menggunakan Drone by Suhu Dollycadel


Turing 2016 (Dieng Plateau) bagian 12

Setelah puas mengelilingi pelataran Candi, saya mendapat pesan dari WA bahwa SUHU Callmeblack baru saja tiba disana, akhirnya saya meluncur menjemputnya dan beliau rupanya ingin makan terlebih dahulu, sambil menunggu kawan-kawan yang akan hadir akhirnya kami menunggu di sebuah rumah makan. Tidak beberapa lama akhirnya merekapun berdatangan.




Penginapan yang sudah kami pesan sebelumnya baru bisa check in pada pukul 12.00 setelah menghubungi pihak Homestay Bunga barulah kita bisa diperbolehkan memasukinya. Berikut penampakan pictnya :


Penampakan Panorama alam dilihat dari Homestay Bunga

Penampakan Gunung Sindoro

Penginapan kami ini diapit oleh 2 gunung diantaranya Gunung Sindoro maupun Gunung Prau tentunya kita sudah bisa menduga, Suhu udara dingin disekitarnya, namun bilamana siang & sore tentunya lokasi ini menjadi sejuk.




19 November 2016

Turing 2016 (Dieng Plateau) bagian 11


Puas jelajah CIkidang segera saya meluncur ke Candi Arjuna dimana sudah lama saya ingin berfoto dengan latar belakang Candi dan belum pernah saya lakukan sebelumnya, segeralah saya memacu motor ke kawasan tersebut, setibanya disana saya melihat suasana di kawasan tersebut masih tertutup kabut, percuma juga saya pikir umpama masuk pengambilan gambarnya juga jadi gak bagus, padahal saat itu waktu menunjukkan jam 8 pagi. Setelah saya pikir-pikir mending saya makan dulu sambil menunggu kabut semakin menipis.
Mie Ongklok beserta Sate Ayam

Setelah selesai menyantap Mie Ongklok dan melihat kabutpun sudah mulai menipis akhirnya saya coba memasuki kawasan tersebut.

Candi Arjuna & Candi Semar

Candi Arjuna


Candi Srikandi

Candi Semar

Candi Sembadra

Camera Action



Adapun Candi Puntadewa saat saya kesana masih dalam tahap restorasi. 



Turing 2016 (Dieng Plateau) bagian 10

Setelah dari Sikunir saya menuju ke Kawah Sikidang tempatnya tidak berjauhan dan mudah untuk dilalui, setibanya disana bau belerangpun segera terasa, saya parkir kendaraan disisi samping kemudian perlahan memasuki Kawah Sikidang









Turing 2016 (Dieng Plateau) bagian 9

Terjaga dari tidur antara lelap dan tidak, mengingat suhu udara dinginnya luar biasa sehingga waktu Shubuh pun tiba, setelah melaksanakan Shalat Shubuh segera saya berangkat ke Sikunir untuk mengejar Golden Sunrise karena tempat ini selalu menjadi incaran destinasi para wisatawan. Jujur sebenarnya saya juga gak tahu lokasinya dimana, namun saya hanya mengikuti feeling saja melihat banyak motor yang menuju ke Telaga Warna. Dalam hati saya bergumam "Paling mereka juga mau ke Sikunir ngejar Sunrise", sotoy banget ha...ha...ha....

Jalanan menuju ke daerah sana lumayan begitu berliku-liku nampak di belakang saya barisan group riding, saat melewati saya mereka coba menyapa saya dengan klaksonnya sayapun melakukan hal sama guna membalasnya. Tadinya saya pikir Bikers yang menyalip saya tahu arah ke Sikunir ternyata dia berhenti sekitar 100 meter sebelum di depan pintu masuknya, lalu saya bertanya kepada mereka "Bro tahu arah jalan ke Sikunir gak ?" mereka jawab "Saya juga lagi nyari bro belum ketemu " wkwkwkwk.... saya pikir mereka sudah tahu, ya sudah saya melanjutkan perjalanan sampai di pintu masuknya ternyata benar ini adalah pintu masuk menuju ke Sikunir, lalu saya panggil kawanan bikers tersebut bahwa mereka sudah sampai di lokasi. 


Action di depan Sembungan Village (Desa Tertinggi di Pulau Jawa)


Plang Selamat Datang di Golden Sunrise Sikunir

Plang yang mengingatkan kita Kebesaran Allah SWT

Untuk melakukan penanjakan ke Sikunir ada baiknya saat melakukan penanjakan anda jangan berjalan terlalu cepat karena akan menguras tenaga anda, jalan lach secara perlahan sambil menikmati perjalanan, waktu pertama kali nanjak saya berjalan cepat sekali lama-lama capek juga ha...ha...ha... yo wess berhenti saja dulu setelah itu baru kita berjalan lagi. 


Action dulu sebelum sampai puncak Sikunir
Untuk mendaki di Sikunir ada 2 pilihan track
  1. Track sebelah kiri adalah jalanan yang agak ekstrim cocok dilalui buat yang memiliki nyali untuk melakukannya karena agak licin dan menurut saya tidak recomm buat orang yang sudah sepuh. 
  2. Track sebelah kanan adalah jalanan yang cocok dilalui buat mereka yang ingin melalui puncak Sikunir dengan santai, kalau track ini bisa dilalui oleh siapa saja dan sepertinya sengaja dibuat oleh Pemda setempat


Pilih jalan mana kiri atau kanan

Jalan sebelah kiri  yang memiliki pendakian Ekstrim


Jalan sebelah kanan yang memiliki pendakian tidak Ekstrim


Kalau saya waktu mendaki pertama kali melewati jalan yang kanan terlebih dahulu, mengingat saya belum tahu kondisi jalanan yang agak ektrim tersebut, baru saat turunnya saya melewati jalanan ekstrim tersebut, jadi hati-hati kalau mau turun maupun naik melalui jalanan tersebut.

Setibanya di Puncak Sikunir

Para pengunjung yang kecewa tidak dapat menyaksikan Golden Sunrise Sikunir


Sayang kabut yang begitu tebal membuat saya tidak dapat menyaksikan Golden Sunrise Sikunir yang menjadi daya tarik para wisatawan. Berhubung kabut yang semakin tebal akhirnya saya kembali turun.





Ngopi dulu sembari makan tahu gembos dan tempe