05 April 2017

Nostalgia Layar Tancap

Gara-gara guyonan semalam dengan keluarga di rumah saat menjelang tidur nostalgia cerita layar tancap. Buat yang pernah ngalamin khususnya generasi 80 & 90 pasti sudah tahu tentang hal ini, dimana Layar Tancap akan mudah ditemui pada acara orang yang sedang melaksanakan hajatan.

Adapun peralatan yang dibutuhkan untuk menggelar ini biasanya berupa :
1. kain putih ukuran 3x5 meter atau lebih yang akan digunakan sebagai layar.
2. Dua buah bambu atau kadang besi guna membentangkan layar tersebut agar dapat tegak berdiri. 
3.Projector yang akan menyorot ke layar.
4.Kepingan aneka ragam film yang akan diputar.

Uniknya acara ini selalu dilaksanakan pada malam hari, biasanya habis ba'da Shalat Isya hingga jam 3.00 malam yang berlokasi di Lapangan yang luas guna menarik banyak penonton, maklum pada saat itu Siaran TV hanya ada TVRI & Stasiun Swasta RCTI, namun saat itu RCTI masih belum membebaskan siarannya kepada masyarakat hanya terbatas kepada pengguna Decoder saja dengan memberlakukan iuran setiap bulannya. Tentunya Layar Tancap menjadi sebuah tontonan yang memiliki daya tarik lebih kepada masyarakat yang haus akan sebuah hiburan gratis.

Yang bikin saya menggelitik asal menjumpai moment ini adalah para penonton yang selalu membawa bantal, guling, Sarung/selimut dan tikar/koran, pernah saya tanya sama kawan saya sebut saja namanya Beler. 
Saya  tanya " Beler loe ngapain bawa bantal sama guling ?" 
dia jawab "Gw bawa ini, buat nonton layar tancap sambil tidur-tiduran biar tambah resep nontonnya" wkwkwkwkwk........... kocak banget dengernya.

Kadang acara ini bisa terganggu pelaksanaan-nya manakala tiba-tiba hujan turun atau terkadang ada sekelompok orang yang berkelahi. Walaupun demikian masih ada di beberapa tempat baik di tangerang maupun parung bogor masih mengadakan hal seperti ini. 

Pada saat saya tinggal di daerah Pamulang justru Layar Tancap ini diadakan oleh para tukang ojek di jalan masuk blok komplek perumahan, entah kenapa mereka mengadakan hal ini padahal penontonnya lebih banyak tukang ojek kisaran 5-10 orang saja dibanding penduduk sekitar.  

Begitulah fenomena layar tancap yang semakin kesini semakin tergerus dengan perubahan jaman yang sudah mengglobalisasi, mungkin antara tradisi yang sulit dilepaskan dan juga faktor hiburan yang masih dibutuhkan. Kendatipun saat ini jumlah penontonnya sudah tidak sebanyak seperti pada era 80 maupun 90an, Namun tetap masih ada para penikmat hiburan yang masih setia dan menikmati hiburan tersebut.